Baru saja secara resmi FIFA mengumumkan We Are One sebagai tema Piala Dunia Brasil tahun ini. Apa jadinya jika ajang sepakbola terbesar di planet ini, tanpa adanya lagu ‘kebangsaan’. Diakui Sekjen FIFA: Jerome Valcke, bahwa tradisi menyertakan tema musik di dalam setiap perhelatan ajang Piala Dunia semakin menambah daya tarik bagi penikmat olah raga terpopuler di dunia itu.

Kita lihat juga fenomena lain iklan Kampanye AIDS Global (RED) oleh Bono. Bono yang dikenal sebagai vokalis grup musik Irlandia, U2 adalah ikon selebritis kemanusiaan; “new genre and new fashion”. Iklan yang dibintangi Nominator penghargaan Nobel ini meraih dua penghargaan sekaligus: D&AD Nomination Award-London dan New York’s The Art Directors Club (ADC) Merit Award pada masanya. Menariknya iklan yang telah menghabiskan biaya 100 juta USD itu akhirnya hanya ‘berhasil’ memperoleh dana kemanusiaan 17.4 juta USD bagi benua Afrika yang menderita.

Dari dua hal di atas, terbukti bahwa brand sebuah produk apapun jenisnya, tidak terlepas dari sentuhan Art. Robert Schumann, seorang komposer ternama pernah berkata “Seperti Matematika adalah bahasa universal dari pikiran, musik adalah bahasa hati.” Riset Coca Cola tahun 2008 menyatakan bahwa remaja usia 16-24 tahun secara global menempatkan musik sebagai unsur utama passion point, Dan seperti tulisan kami sebelumnya menyatakan begitu penting membentuk FUN Energy sebuah brand dengan ke tiga unsurnya: Humanity, Art, dan Technology. Namun bagaimana mengusung sentuhan Art sebuah brand yang efektif? Yang jelas Art bukan hanya musik. Dan Art tidak harus berbiaya tinggi, namun memenuhi 3 aspek ART (Authentic, Rejoice, Timeless).

Authentic. Sentuhan Art dalam sebuah brand harus mengusung nilai originalitas. Lihat saja lukisan Monalisa mahakarya Leonardo da Vinci.  Karya seni yang dipercaya paling banyak dilihat orang sedunia tersebut memiliki nilai keunikan justru dari kesederhanaan dan keaslian konsepnya. Dengan teknik sfumato, sang maestro menerapkan 30 lapisan cat dengan ketebalan sekitar 40 mikrometer untuk setiap lapisannya, setengah dari ketebalan rambut. Dan semua itu berasal dari kejujuran dalam berkarya sang maestro sendiri. Autentik bicara sebuah komitmen sang pemilik brand dalam mengutarakan produknya apa adanya sesuai dengan yang  ia mau konsumen rasakan. Bukan rasa ego untuk menyombongkan kehebatan brand nya.

Rejoice. Cirque du Soleil, sebuah kelompok sirkus Kanada paling termasyur di dunia saat ini, telah membuktikan bahwa suguhan sirkus tradisional jika dikombinasikan dengan unsur Art yang tepat dapat meningkatkan kesenangan hati penontonnya berkali-kali lipat. Dengan menggabungkan antara akrobat, seni humor dan teater ala Broadway akhirnya Cirque du Soleil tidak hanya menyedot penghasilan, namun juga mampu meningkatkan brand sirkus sendiri. Sesuatu yang bernilai dan memberikan efek ‘surprise’ dan ‘joy’ akan ibarat sebuah medan magnet yang kuat terhadap sebuah brand.

Timeless. Dengan penggunaan konsep Art yang tepat, maka sebuah brand akan selalu menari dengan indahnya di dalam benak para konsumennya ‘top of mind’. Dan untuk menjadi abadi, unsur Art adalah pengingat yang baik untuk kita mawas diri dan tidak pernah merasa dalam ‘aura kesuksesan’. Dari sanalah pemilik brand akhirnya akan selalu menggali kreativitas dirinya dan selalu berinovasi untuk membuat dunia ini lebih indah dan berkualitas.

Mulailah kita meningkatkan level brand kita, dengan optimasi 3 aspek Art dalam brand. Brand dengan kombinasi Art yang sesuai dengan Brand Identity nya akan mengakselerasi pertumbuhan pasar dan komunitas brand tersebut. Artists create identities for cultures and societies.

So play the art of your brand !!