Setiap tanggal 1 April, hampir setiap kita merasakan efek April Mop yang sering juga disebut April Fool’s Day. Menariknya pada hari itu berbohong atau memberi lelucon dianggap hal yang biasa tanpa dianggap bersalah.  Efek sampingnya  rutinitas lelucon April Mop sering membuat orang-orang yang memperingatinya sering meragukan kebenaran informasi yang diterima pada hari itu. Lihat saja bagaimana kejadian bencana di Hilo, Hawai ‘Tsunami April Mop’ pada 1 April 1946. Tingginya jumlah korban sebanyak 165 orang, lebih diakibatkan karena mereka tidak percaya tanda peringatan bahaya kedatangan tsunami tersebut.

Efek yang serupa dengan April Mop ini sebenarnya dapat terjadi dalam dunia branding. Bahkan seringkali sebuah brand yang sudah cukup kuat dan diterima di pasar, sering membuat para pelakunya mulai lengah terhadap informasi kurang positif yang diterima. Informasi tersebut dapat dianggap kabar burung. Wajar-wajar saja, setiap orang bisa saja mengkritik brand mereka, dan mereka akan menganggapnya sebagai lelucon atau black campaign dari si kompetitor.

Jim Collins lewat bukunya How the Mighty Fall menyatakan sebuah hasil risetnya yang menunjukkan adanya kesamaan pola dari para perusahaan raksasa yang pernah sukses, tetapi berikutnya tumbang tanpa terduga.  Dia menguraikan pola itu dalam 5 tahap kehidupan perusahaan menjelang kejatuhan. Apa yang menarik? Ternyata pada 3 tahap awal kejatuhan tersebut, para perusahaan raksasa tersebut sama sekali tidak menunjukkan aura kejatuhan, melainkan penuh dengan aura kesuksesan. Mereka mulai arogan, tidak disiplin, dan terninabobokkan dengan data-data yang ambigo serta mulai menyalahkan faktor luar. Tanpa mereka sadari, bahaya menghampiri dan mulai mencekik perusahaan itu pada tahap ke-4 dan akhirnya membunuhnya pada tahap ke-5! Dan si perkasa akhirnya mati tak berdaya!

Begitu pentingnya kita untuk selalu mawas diri. Jangan pernah merasa diri besar dan kuat, apalagi jika sebuah brand tidak memiliki pondasi yang kuat. Saya teringat saat dalam suatu tayangan televisi ditampilkan beberapa peristiwa terkonyol yang pernah terjadi dalam pertandingan olah raga. Di antaranya seorang kiper sepak bola yang begitu gembiranya saat berhasil sebagai algojo mengeksekusi tendangan penalti ke gawang musuhnya, tanpa ia sadari ternyata si pemain lawan berbalik mencetak gol ke gawangnya yang tidak terjaga. Cerita lain saat seorang pembalap sepeda yang begitu gembiranya saat mengetahui ia akan menjadi orang pertama yang mencapai garis finish, saat ia mengangkat kedua tangannya ke atas merayakan detik-detik kemenangannya, saat itu juga ia kehilangan keseimbangan mengendalikan sepedanya dan terjatuh sesaat sebelum mencapai garis finish. Ironis tapi nyata!

Langkah praktis apa yang harus diambil, agar kita tidak terlenah termasuk memiliki mindset April Mop yang berbahaya?  Setiap brand yang dibangun tentunya memiliki tujuan yang tinggi. Ibarat sebuah bangunan, makin tinggi bangunan tersebut akan didirikan, maka pondasinya harus semakin kuat. Menentukan brand platform adalah aktivitas mutlak dalam strategi branding, dengan beberapa elemen utamanya adalah:

Brand Mission: menentukan alasan utama keberadaan sebuah brand. Dengan misi yang jelas, maka sebuah brand akan memiliki arahan kontribusi apa yang harus dilakukan. Para pelakunya diharapkan memiliki energi untuk tak henti-hentinya memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan sesuai dengan proses atau tingkat kinerja yang diinginkan.

Brand Vision: menentukan impian atau kenyataan masa depan yang ingin dicapai sebuah brand. Visi yang baik akan memberikan kebanggaan dan menstimulus semangat positif bagi para pelaku di dalam organisasi pemilik brand. Visi tersebut memberikan tantangan yang tidak mudah membuat para pelakunya mudah puas diri.

Brand Values: menentukan core value atau nilai inti baik dari aspek fungsional maupun emosional sebuah brand.

Brand Competence: di sisi apa sebuah brand memiliki potensi keunggulan yang akan terus ditingkatkan sesuai area bermainnya.

Tantangan berikutnya bagaimana menjadikan ke-empat unsur di atas sebagai Brand Energy yang dapat dirasakan secara positif dan dieksekusi dengan cara yang menyenangkan dan profesional. Jangan pernah membiarkan sebuah brand seperti fenomena gunung es, yang hanya sekitar 10% nya terlihat dan diketahui banyak orang (misal: kepuasan karena sudah memiliki logo yang bagus, telah berkampanye produk dengan intens, telah memasang poster-poster berisi visi, misi, values). Namun sebuah brand memiliki ‘brand platform’ yang baik, harus ditindaklanjuti menjadi pengalaman ‘moment of truth’ yang berkesan. Pengalaman faktual, nyata dan bukan April Mop! Seperti apa yang dikatakan seorang pakar branding dunia Rick Julian: “Nothing is more memorable than truth beautifully told.”

Let’s Play it!